Kemampuan membaca memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena membaca merupakan bekal bagi keberhasilan individu di
sekolah dan kehidupan selanjutnya kelak di masyarakat. Allah SWT
menunjukkan peran penting membaca dalam Al-Qur'an surat Al-‘Alaq ayat
1-5 :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kemampuan membaca ternyata tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi harus mengikuti suatu proses yang panjang. Perkembangan membaca digambarkan sebagai berikut:
a. Pada usia 4-5 tahun anak dilatih untuk memiliki kesiapan belajar membaca.
b. Di usia 5-6 tahun anak mulai menyadari bunyi-bunyi huruf dan belajar mengenali sebagian besar huruf dari alfabet. Selain itu, anak usia ini mampu mengingat cara membaca satu kata hanya dari huruf awal dan akhirnya saja.
c. Pada usia 6-7 tahun, yaitu saat duduk di kelas satu dan dua Sekolah Dasar (SD), anak-anak mulai mengenal bagaimana cara mengeja.
d. Sedangkan pada usia 7-8 tahun, yaitu kelas dua dan tiga Sekolah Dasar, anak-anak secara otomatis mampu membaca kata-kata yang umum, mulai membaca sedikit demi sedikit, baru kemudian mahir membaca dan membaca dengan tidak bersuara. Pada tahap-tahap selanjutnya, barulah individu mempelajari hal-hal baru dari apa yang dibacanya
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kemampuan membaca ternyata tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi harus mengikuti suatu proses yang panjang. Perkembangan membaca digambarkan sebagai berikut:
a. Pada usia 4-5 tahun anak dilatih untuk memiliki kesiapan belajar membaca.
b. Di usia 5-6 tahun anak mulai menyadari bunyi-bunyi huruf dan belajar mengenali sebagian besar huruf dari alfabet. Selain itu, anak usia ini mampu mengingat cara membaca satu kata hanya dari huruf awal dan akhirnya saja.
c. Pada usia 6-7 tahun, yaitu saat duduk di kelas satu dan dua Sekolah Dasar (SD), anak-anak mulai mengenal bagaimana cara mengeja.
d. Sedangkan pada usia 7-8 tahun, yaitu kelas dua dan tiga Sekolah Dasar, anak-anak secara otomatis mampu membaca kata-kata yang umum, mulai membaca sedikit demi sedikit, baru kemudian mahir membaca dan membaca dengan tidak bersuara. Pada tahap-tahap selanjutnya, barulah individu mempelajari hal-hal baru dari apa yang dibacanya
...anak usia 4-6 tahun seringkali dituntut sudah bisa membaca, padahal menurut perkembangan membaca, anak usia 4-6 tahun masih berada pada tahap persiapan dan tahap awal pengenalan terhadap aktivitas membaca…
Apabila kita lihat proses yang begitu
panjang dari perkembangan membaca, kenyataan yang terjadi tidaklah
demikian. Praktik pengajaran membaca di Indonesia umumnya tidak
mengikuti tahapan proses perkembangan membaca. Contohnya, anak usia
4-6 tahun langsung diajarkan membaca tanpa melalui persiapan dan
seringkali dituntut sudah bisa membaca, padahal menurut perkembangan
membaca, anak usia 4-6 tahun masih berada pada tahap persiapan dan
tahap awal pengenalan terhadap aktivitas membaca.
Kondisi ini terjadi karena ada tuntutan
ketika masuk SD anak harus sudah bisa membaca. Akibatnya, orang tua
menjadi gelisah kalau anak mereka yang berusia 4-6 tahun belum bisa
membaca. Seperti hasil survey yang dilakukan oleh tabloid Nakita
(Juli 2006) terhadap para orang tua mengenai kemampuan membaca, menulis
dan berhitung anak, diketahui sebanyak 61,5% responden milis Nakita
merasa gelisah kalau anak mereka yang berusia 4-6 tahun belum bisa
membaca. Padahal mereka tahu bahwa lulusan TK tidak diwajibkan bisa
membaca. Tetapi jika anak-anak mereka tidak diajarkan membaca, bisa
tidak lulus tes masuk SD favorit. Orang tua pun akhirnya memasukkan
anak-anak mereka ke TK yang memberikan pelajaran membaca. Bahkan ada
orangtua yang mendaftarkan anak-anak mereka untuk mengikuti les membaca.
Berbagai penelitian telah dilakukan
untuk melihat bagaimana efek dari mengajarkan membaca sebelum waktunya.
Seorang psikolog di Amerika membandingkan dua kelompok anak. Kelompok
pertama merupakan anak-anak yang dimasukkan ke TK-TK akademis, yakni TK
yang metode pembelajarannya seperti layaknya di SD, mengajarkan para
muridnya berbagai pelajaran termasuk membaca. Sementara kelompok kedua
merupakan murid-murid TK-TK biasa, yakni TK yang mengutamakan metode
bermain bagi siswanya. Hasilnya, saat duduk di kelas 1 SD, para lulusan
TK akademis ternyata tidak memiliki keunggulan akademis jangka pendek,
apalagi jangka panjang, jika dibandingkan dengan siswa lulusan TK biasa.
Bahkan murid-murid TK akademis terlihat lebih gelisah dan kurang
kreatif jika dibandingkan murid-murid TK biasa (http://today.msnbc.msn.com).
Penelitian lain di Finlandia, yang
dilakukan oleh Marit Korkman, Sarianna Baron, Pekka Lahti (1999),
diketahui bahwa anak yang belajar membaca saat mendapat pendidikan
formal di usia 6-7 tahun memiliki prestasi membaca lebih bagus dibanding
anak lain yang belajar membaca di usia sebelum 6 tahun. Hal ini
diketahui ketika dilakukan tes pada anak-anak tersebut di usia 9 atau 10
tahun (jurnal Developmental Neuropsychology, Vol. 16, 1999).
Penelitian juga dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia. Hasil
penelitian tersebut dipaparkan oleh Prof Dr Suhardjono dari Pusat
Penelitian Pendidikan Depdiknas di Jakarta (Oktober, 2008), bahwa
rata-rata anak Indonesia kemampuan membacanya terutama kemampuan
memahami bacaan berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di
dunia. Kemampuan pemahaman bacaan yang lemah bisa dilihat dari
kebanyakan anak mengalami kesulitan dalam menjawab soal cerita. Bahkan,
karena tidak memahami makna soal yang berupa cerita, anak menjawab
tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Penelitian ini khususnya
dilakukan pada anak-anak kelas IV Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah
di 12 sekolah (http://kompas.com).
Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya di Finlandia bahwa memaksakan anak bisa membaca di usia
dini, seperti yang umumnya terjadi di Indonesia hanya terfokus pada
membuat anak bisa membaca tapi ketika dilakukan pengukuran beberapa
tahun kemudian terhadap kemampuan membacanya, diketahui ternyata anak
kurang memiliki pemahaman membaca.
Selain adanya peloncatan pengajaran
membaca yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan membaca, ternyata
cara pengajaran yang dilakukan guru terhadap anak usia 4-6 tahun lebih
bersifat instruksional, di mana murid-murid diminta mengikuti guru
menyebutkan huruf-huruf, menghafalkan huruf dari A – Z dan mengikuti
guru mengeja, menyebutkan kalimat secara lisan. Demikian seterusnya
anak dilatih sampai bisa membaca. Padahal mengenali huruf, baik huruf
besar maupun huruf kecil merupakan tantangan bagi banyak anak, karena
beberapa huruf berbeda satu sama lain hanya dari arah penulisannya.
Anak-anak seringkali kesulitan membedakan antara M dan W, serta antara
b, d, p dan q. Membedakan huruf saja sulit apalagi mengeja.
Cara pengajaran seperti ini bisa
membuat anak tidak paham sebenarnya akan arti huruf dan kata, mereka
hanya menghafalnya. Selain itu, aktivitas meniru guru menyebutkan
kalimat secara lisan ini, bisa membuat anak-anak bosan karena pada usia
ini anak-anak lebih suka bermain daripada duduk di dalam kelas. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan seorang ahli, cara pengajaran yang
bersifat instruksional seperti ini bisa membuat anak-anak menyimpulkan
bahwa membaca merupakan tugas yang membosankan.
…pengajaran membaca juga seringkali disertai target guru karena sebagian besar orang tua menginginkan anak mereka bisa membaca ketika di sekolah TK. Ini berarti, anak diberi "beban" untuk terus mencapai target…
Selain cara pengajaran guru yang
bersifat instruksional, pengajaran membaca juga seringkali disertai
target, misalnya dalam jangka waktu tertentu, guru harus bisa mencapai
target materi tertentu. Target ini ditetapkan oleh guru karena
sebagian besar orang tua menginginkan anak mereka bisa membaca ketika
di sekolah TK. Ini berarti, anak diberi "beban" untuk terus mencapai
target. Di samping itu, sepertinya guru-guru melupakan bahwa meskipun
usia para siswa-siswanya sama tetapi kemampuan setiap anak
berbeda-beda. Ada yang sudah siap menangkap materi tertentu dan ada
yang belum. Anak-anak yang belum siap menangkap materi bisa menjadi
frustasi dan akhirnya bisa membuat ia malas masuk sekolah.
Jika melihat praktik pengajaran yang
terjadi di lapangan, tentulah sulit bagi tercapainya kemampuan membaca
seorang anak yang sesuai dengan perkembangan membaca. Padahal sesuatu
yang dipaksakan, tidak baik juga hasilnya. Ibarat buah, yang matang
betul dari pohon rasanya lebih enak daripada buah yang matang karena
dikarbit. Anak kita tentu bukan buah yang harus dikarbit, ibu harus
memperhatikan betul apakah anak sudah siap dilatih membaca. Karena
menurut seorang ahli, pengajaran membaca dan bentuk stimulasi lainnya
tidak akan punya peranan jika anak belum memiliki kematangan/kesiapan
untuk dilatih membaca. Bahkan kita harus berhati-hati untuk tidak
terlalu memberikan beban kepada anak sebelum anak memiliki kematangan,
hal ini penting untuk mencegah terjadinya gangguan membaca.
Apa saja ciri-ciri anak siap dilatih membaca?
1. Anak memiliki ketertarikan terhadap buku dan aktivitas membaca
2. Anak memiliki kemampuan memahami
Ciri anak memiliki kemampuan memahami
antara lain: anak mulai memahami kategorisasi objek, sekalipun masih
dilihat dari ciri tunggalnya dan anak mampu mengungkapkan inti dari
suatu cerita yang telah dibacakan untuknya.
Kemampuan memahami dibutuhkan karena
dalam membaca seorang anak awalnya harus mampu memahami apa itu huruf,
apa itu kata dan kalimat. Kemudian, anak harus mampu memahami arti dari
apa yang dibacanya.
3. Kesiapan Berbahasa
Kesiapan dari segi bahasa meliputi:
anak sudah berbicara jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain, mampu
membuat kalimat seperti rata-rata anak seusianya yaitu membuat kalimat
yang terdiri dari 5 sampai 8 kata, memiliki perbendaharaan kata sesuai
dengan rata-rata teman seusianya.
Anak yang memiliki banyak kosa kata dan
faham artinya akan lebih mudah dalam belajar membaca, sebab awal dari
kemampuan membaca adalah memahami makna dari suatu kata. Misalnya, akan
lebih mudah bagi anak untuk belajar bahwa susunan huruf m-a-c-a-n berbunyi macan, bila tahu apa itu macan.
Anak harus sudah berbicara jelas dan
dapat dimengerti orang lain karena semirip mungkin struktur bahasa yang
digunakan dalam materi bacaan dengan bahasa yang digunakan
sehari-hari oleh anak, semakin mempermudah anak untuk memahami apa yang
dibacanya.
4. Anak memiliki koordinasi visual motorik yang baik.
Apakah anak mampu menggunting, melempar
dan menangkap bola, mengaitkan tali sepatu, memasang kancing dan
menulis. Kemampuan ini harus dimiliki sebelum anak belajar menulis.
5. Kemampuan persepsi
a. Anak mampu membedakan ukuran, bentuk, dan warna.
Ini harus dimiliki anak sebelum dilatih
membaca, karena dalam pelajaran membaca anak harus mampu membedakan
bentuk-bentuk huruf dan membedakan mana huruf kecil dan huruf besar.
b. Anak mampu mengingat apa yang ia lihat, karena belajar membaca meliputi mengingat huruf.
c. Anak mampu membedakan bunyi dan mengingat bunyi karena membaca meliputi
membedakan bunyi dan mengingat perbedaan bunyi tersebut
...Jika anak tidak memiliki pengetahuan kanan dan kiri, maka anak akan mengalami kesulitan mengenali huruf, ia akan tertukar mengenali b dan d atau p dan q...
6. Anak mampu membedakan kanan dan kiri
Jika anak tidak memiliki pengetahuan
kanan dan kiri, maka anak akan mengalami kesulitan mengenali huruf, ia
akan tertukar mengenali b dan d atau p dan q. Selain itu anak bisa
terbalik dalam membaca huruf atau kata, dimana seharusnya dimulai dari
kiri malah membaca dari kanan. Riset membuktikan bahwa anak-anak usia
4-6 tahun masih sering terbalik dalam membaca huruf atau kata, bahkan
sampai usia 7,5 tahun pun anak masih mengalami hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentar Demi Kemajuan Kami